Traveling ke Bulan bersama NASA |
Menurut teori ini, sekitar 4,5 miliar tahun silam, benda seukuran Mars menghantam Bumi yang masih muda dan cair. Materi hasil tabrakan itu pun bergabung menjadi bulan. Sehingga banyak air berada di luar dan dalam bulan. Hal ini membuat para peneliti mencapai satu kesimpulan. “Makin diperiksa, makin banyak air ditemukan di tempat dan kedalaman yang berbeda,” ujar profesor fisika Neil Comins di University of Maine.
Pemeriksaan kembali terbaru pada sampel batuan yang dibawa ke Bumi pun memiliki tanda air. “Sebuah pertanyaan terbuka mengenai asal dan distribusi air di bulan,” kata Comins.
Kita hanya bisa melihat bulan dari satu sisi, yang artinya bulan ‘terkunci’ Bumi. Sisi lain dibelakang yang disebut maria, atau ‘laut,’ magma dingin. Anehnya, maria hampir tak ditemui di sisi belakang bulan, seperti yang diungkap data dari satelit (dan dilihat langsung astronot Apollo 8).
Belahan Maria yang dingin ini diketahui memiliki kerak yang tebal (15 km) dibanding belahan lain. Hal ini membuat belahan di sisi lain lebih mudah retak akibat serangan meteorit yang melepas pembentuk maria magma kedalaman bulan, kata Comins. Namun, kerak asimetri ini sendiri masih merupakan teka-teki. Karena tentunya segala anggapan diatas masih berdasarkan teori dan angan-angan, meskipun mereka sekolah tinggi.
0 komentar :
Post a Comment