Koboi Palmerah |
Video ini menceritakan tentang kesombongan dan kepongahan tentara nasional indonesia yang seharusnya melindungi rakyat indonesia. Namun hanya karena mobil dinasnya tersenggol lantas marah-marah dan keluar dari kendaraannya sembari meletuskan tembakan ke udara. Gaya yang menjadi trend dikatakan sebagai Komoi Palmerah ini terjadi pada 30 April 2012 di Jalan Palmerah, Jakarta Pusat. Berdekatan dengan kantor Kompas TV.
Betapa celakanya orang yang mengendarai motor ketika di marah-marahi dengan diacungi senjata. Dan betapa pongahnya aksi aparat yang hatinya tak punya nurani ini. Apabila mungkin ini gunung es aparat tentara dan militer di Indonesia, alangkah bejatnya pendidikan militer dalam melihat orang sipil sebagai mungkin bukan manusia atau binatang.
Memang aparat harusnya maju perang dan mati saja. Sungguh naif jika harus menimbulkan konflik dan memalukan negara sendiri di depan warganya sendiri. Siapa dan dari uang siapa sih aparat dan birokrat di Indonesia ini dihidupi. Apapun sekarang ditarik pajak, dari penjualan, pembelian hingga tanah yang sudah dibeli dengan mahal harus dibayari pajak, untuk siapa, untuk pembangunan? mana buktinya toh utang negara tetap saja menumpuk.
Koboi Palmerah hanyalah gambaran kecil betapa busuknya aparatus di negara ini. Betapa rakyat harus disiksa untuk bekerja dengan kebodohan polisi dalam mengatur lalu lintas yang menjadikan jalanan macet dan menambah biaya BBM yang akan semakin sedikit subsidinya.
Bersyukur ada yang mengabadikan aksi 'Koboi Palmerah'. Bukti kebusukan aparatus dan para penegak hukum di Indonesia. Meski baru satu, namun sudah cukup menjadi bahan generalisasi bahwa, mereka benar-benar busuk lahir dan bathin. Cih.
Pengakuan Koboi Palmerah
Video yang menayangkan seorang pria menaiki mobil berplat nomor TNI yang mengamuk, mengacung-acungkan pistol ke arah seorang pengendara sepeda motor, membuat publik heboh.
Aksinya menggenggam pistol membuat pria itu dijuluki 'koboy Palmerah' -- lokasi insiden terjadi. Markas Besar Angkatan Darat mengakui, pria dalam rekaman itu adalah anggotanya, Kapten A.
Namun, Mabes membantah Kapten A, perwira yang terlibat perselisihan dengan pengendara motor di Palmerah, Jakarta Barat, mengumbar tembakan saat peristiwa berlangsung.
Kepala Sub Dinas Penerangan Umum TNI Angkatan Darat, Kolonel Zaenal Mutaqin menjelaskan, Kapten A saat itu hanya membawa pistol mainan berupa airsoft gun untuk menjaga diri.
"Kami sangat menyayangkan kedua belah pihak tak dapat mengendalikan emosi. Sampai anggota kami juga mengambil pistol mainan, airsoft gun, dan hanya mengacung-acungkan ke udara, tidak ditembakkan, karena itu kan bukan senjata api," ujar Zaenal, saat ditemui di kantornya, Mabes AD, Jakarta Pusat, Selasa, 1 Mei 2012.
Menurut Zaenal, Kapten A juga menyampaikan kronologi pada saat kejadian berlangsung di Palmerah, Jakarta Barat, Senin, 30 April 2012. Selembar kertas yang merupakan pernyataan Kapten A dibacakan oleh Zaenal. Wartawan tak dibolehkan melihat isinya secara langsung.
Berikut pengakuan Kapten A:
Pada pukul 15.00 saat itu saya berniat akan menjemput orang tua saya di Bandara Soekarno Hatta. Saat melintas di Palmerah, situasi jalan raya sedikit tersendat. Pada saat mobil saya bergeser ke arah kiri, kaca kiri mobil saya diketuk. Pengendara itu berkata 'jangan mentang-mentang aparat seenaknya saja'. Saya kaget lalu turun dari mobil untuk menanyakan masalahnya. Saya berpikir motornya terserempet tapi ternyata tidak. Saya tinggalkan dia sambil dia mengancam akan melaporkan ke atasan saya. Saya bilang silakan saja.
Saya kembali ke mobil dan siap melanjutkan perjalanan menuju bandara karena khawatir, orang tua saya mengidap sakit jantung. Ketika akan menyalakan mesin mobil, pintu mobil saya ditendang dan kaca mobil diketok oleh pengendara motor itu. Saya turun dan sempat mengeluarkan dan mengacungkan air soft gun dan stik besi yang saya punya agar dia mengeluarkan SIM miliknya. Lalu Pomdam Jaya melintas dan saya dibawa.
Kira-kira seperti itulah surat pernyataan Kapten A. Sekali lagi pihak Mabes AD membantah jika Kapten A sempat melepaskan tembakan.
"Karena dia emosi, dia keluarkan pistol mainan itu, dia keluarkan airsoft gun untuk menjaga diri," ungkapnya.
Sementara itu, saat ini Kapten A masih diproses di Pomdam Jaya akibat perilakunya itu.
DPR Berharap TNI Tak Lindungi Koboi Palmerah
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) didesak untuk memberikan sanksi tegas kepada Kapten A yang melakukan aksi layaknya koboi jalanan di kawasan Palmerah, Jakarta Pusat. Tindakan oknum tersebut dinilai arogan.
“POM TNI AD jangan melindungi kapten ini, tapi harus memeriksanya dan menyidiknya. Apabila ada pelanggaran, harus diberikan sanksi tegas,” kata Wakil Ketua Komisi III DPR Nasir Djamil melalui pesan singkat, Kamis (2/5/2012).
Nasir meragukan keterangan bahwa senjata yang ditembakkan Kapten A hanya airsoft gun. Menurut dia, pengakuan itu hanyalah kamuflase. “Masak sih kapten bawa pistol mainan?” kata dia.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera itu berharap agar TNI mengecek kebenaran mengenai pistol tersebut. Jika terbukti pistol itu bukan pistol mainan, makan oknum tersebut harus diberi sanksi lebih berat. “Saya pikir, sudah tidak ada tempatnya bagi sikap arogansi dengan korps ataupun simbol-simbol negara,” kata Nasir.
Ulah Kapten A itu terjadi tatkala ia dan seorang pengendara sepeda motor berinisial SSP hendak menggunakan lajur kiri di Jalan Tentara Pelajar, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Senin (30/4/2012). Saat sedang berada di kiri, tiba-tiba SSP mengetuk kaca mobil dan mengatakan, “Jangan mentang-mentang anggota lalu seenaknya.”
Anggota TNI itu sempat turun untuk mengecek apakah ada yang terserempet. Setelah mengetahui tidak ada yang terserempet, dia masuk lagi ke dalam mobil. Namun, pengendara motor menendang mobil sehingga menyulut emosi A.
Peristiwa itu direkam oleh salah satu warga yang melintas dan diunggah ke situs Youtube dengan judul “Koboy Palmerah”. Dalam video tersebut, A tampak menenteng benda menyerupai senjata api jenis FN. Sempat terdengar pula bunyi seperti tembakan. A juga tampak beberapa kali memukul pengendara motor dengan sebuah tongkat. Pukulan itu mengenai helm yang masih dikenakan SSP.
Kapten A, pelaku pengumbar tembakan ke warga sipil di Jalan Tentara Pelajar, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (30/4/2012), terancam sanksi tegas. Keputusan sanksi apa yang akan diterima A masih menunggu pemeriksaan dari Polisi Militer Kodam Jaya (Pomdam Jaya).
Hal ini diungkapkan Kepala Pusat Penerangan TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal Pandji Suko Hari Yudho dalam jumpa pers di Mabes Angkatan Darat, Rabu (2/5/2012). “KSAD sudah komit agar tidak ada prajurit yang kebal hukum. Pasti tindak tegas!” ujarnya. Menurut Pandji, setiap tindakan oknum anggota TNI yang dinilai sudah di luar batas kepatutan, seperti memukul, pasti akan diproses.
Kepala Subdis Penerangan AD Kolonel Zainal Mutaqin mengatakan, sanksi yang diterapkan bisa bermacam-macam tergantung keputusan Pomdam Jaya. “Kalau misalnya ada unsur pidana, akan langsung dilimpahkan ke pengadilan militer. Kalau enggak, sanksi disiplin,” kata Zainal.
Sanksi disiplin yang bisa diterapkan kepada Kapten A adalah penundaan kenaikan jabatan, non-job, dan dimutasi. “Itu jadi kewenangan ankum (atasan hukum), kami masih menunggu apa hasilnya,” ujar Zainal.
Peristiwa umbar tembakan oleh A terjadi saat ia mengendarai mobil Toyota Avanza berpelat nomor Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Jalan Tentara Pelajar, Senin lalu. Insiden itu direkam oleh warga sekitar dan diunggah ke situs Youtube.
Dalam video berdurasi 2 menit dengan judul “Koboy Palmerah” itu, terdengar suara tembakan dari senjata yang dipegang oleh A. Saat itu A berdiri di belakang mobil berpelat nomor 1394-00 warna hijau milik TNI AD. Ia terlihat emosi dan mulai menghardik seorang pria berkaus biru dan masih menggunakan helm putih berdiri di depan motor miliknya. Pengendara motor itu kemudian diketahui berinisial SSP.
A juga menenteng senjata mirip senjata api jenis FN dan sebuah tongkat besi. Ia berkali-kali menghardik SSP sambil memukulinya dengan tangan ataupun senjata yang digenggamnya ke arah kepala dan paha SSP.
Berdasarkan keterangan saksi mata, Andri, perselisihan antara keduanya terjadi karena pengendara sepeda motor merasa dipepet oleh mobil yang dikendarai A. “Kejadiannya sekitar 20 menit karena berhasil dilerai sama polisi militer yang datang berseragam dan pakai mobil warna putih. Si penembak juga langsung dibawa polisi militer,” kata Andri.
Aksi umbar tembakan di Jalan Tentara Pelajar, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Senin (30/4/2012) siang, kini tinggal menunggu proses hukum terhadap Kapten Infanteri MA, sang “Koboi Palmerah”. Antara MA dan korban yang ia intimidasi sudah tidak lagi ada masalah karena keduanya sepakat untuk berdamai.
Kepala Subdis Penerangan Umum Angkatan Darat Kolonel TNI Zainal Mutakin mengatakan, pengemudi sepeda motor berinisial SSP yang merasa ditabrak oleh MA tidak mengajukan tuntutan terhadap oknum TNI tersebut. Hal itu dikarenakan tidak ada satu pun kerugian yang diderita SSP.
“Antara anggota kami dengan pengendara motor itu sudah sepakat damai langsung di lokasi kejadian setelah polisi militer mengamankan anggota itu. Akhirnya tidak ada tuntutan karena setelah diperiksa, kan, tidak ada yang rusak dan tidak ada yang luka,” ujar Zainal, Rabu (2/5/2012) di Markas Besar Angkatan Darat.
Peristiwa itu bermula ketika MA mengendarai mobil Toyota Avanza berpelat nomor TNI di kawasan Palmerah. Insiden itu direkam oleh warga sekitar. Video berdurasi 2 menit dengan judul “Koboy Palmerah” itu kemudian diunggah oleh akun bernama Unplugged The TV pada Selasa (1/5/2012) sekitar pukul 13.00.
Video tersebut dimulai dengan aksi MA yang tengah mengintimidasi SSP. Tak lama kemudian, terdengar suara tembakan dari senjata yang dipegang MA. Saat itu, MA berdiri di belakang mobil Toyota Avanza berpelat nomor 1394-00 warna hijau milik TNI AD. Ia terlihat emosi dan mulai menghardik SSP yang berkaus biru dan masih menggunakan helm putih berdiri di depan sepeda motor miliknya.
MA juga menenteng senjata mirip senjata api jenis FN dan sebuah tongkat besi. Ia berkali-kali menghardik SSP sambil memukulinya dengan tangan ataupun senjata yang digenggamnya ke arah kepala dan paha SSP.
Berdasarkan keterangan saksi mata, Andri, perselisihan antara keduanya terjadi karena pengendara sepeda motor merasa dipepet oleh mobil yang dikendarai MA. “Kejadiannya sekitar 20 menit karena berhasil dilerai sama polisi militer yang datang berseragam dan pakai mobil warna putih. Si penembak juga langsung dibawa polisi militer,” kata Andri.
Kepala Pusat Penerangan Angkatan Darat Brigadir Jenderal TNI Pandji Suko mengatakan, peristiwa itu terjadi ketika MA hendak mengemudikan mobilnya ke lajur ke tengah, lalu berubah dan berusaha mengambil lajur kiri. Saat itu MA melihat sepeda motor di sisi kiri mobilnya. “Pengendara motor yang ngerasa kesenggol itu ketok-ketok mobil. Saat kaca dibuka sama anggota kami, pengendara itu marah-marah,” kata Pandji.
Pandji mengatakan, saat itu pengemudi sepeda motor berkata kepada MA, “Jangan mentang-mentang aparat bisa seenaknya!” Mendengar teriakan itu, MA meminggirkan langsung mobilnya di jalan. Ia pun turun dan menanyakan apakah SSP terluka.
“Ternyata setelah dia turun, enggak ada yang luka dan lecet juga. Berarti enggak ada masalah dan dia masuk lagi ke mobil. Saat kembali ke mobil itu, orang ini (SSP) datangi anggota dan tendang mobil,” ujar Pandji. Pandji mengatakan, SSP sempat mencekik leher MA dan membuat MA pun naik pitam.
MA kembali keluar dari mobilnya dengan menenteng besi kecil dan airsoft gun. Airsoft gun itu ia tembakkan ke udara sebanyak dua kali. “Itu naluri, insting. Kalau terjadi begitu, instingnya kita lari atau melindungi diri dan lihat saya punya apa,” ujar Pandji.
Meski permasalahannya dengan SSP berakhir, MA masih harus menghadapi pemeriksaan dari Polisi Militer Kodam Jaya (Pomdam Jaya). Jika terbukti bersalah, MA dapat dikenai sanksi disiplin atau diajukan ke pengadilan militer.
[via Kompas | Ini Pengakuan si "Koboi Palmerah"]
0 komentar :
Post a Comment