Kayu Saluang Balum : Kayu Keperkasaan Kalimantan |
Kalimantan memiliki banyak kekayaan alam dari hutan. Fungsinya pun beragam. Salah satunya adalah untuk obat-obatan alami (herbal). Sstt salah satunya fungsi herbal asli Kalimantan ini untuk keperkasaan pria lho, namanya Saluang Balum.
Jika berkunjung ke pusat souvenir di Kalimantan Selatan akan menemui souvenir berupa gelas kayu. Eits jangan salah, ini bukan sekadar gelas biasa lho.
Orang Kalimantan biasa menyebutnya dengan kayu saluang balum. Fungsinya untuk kesehatan badan. Bisa juga untuk keperkasaan lelaki. Caranya meminum air yang sudah dimasukkan ke dalam gelas kayu itu.
Kayu selom belom dibentuk seperti gelas, lengkap dengan tutupnya yang diikat dengan seutas tali rapia antara pucuk tutupnya dengan kaki gelas. Jika dibuka, di bagian tengahnya ada bagian yang menjulang dan kuncupnya berlubang.
Menurut Misran, penjualnya dari Toko Hj Rabiatul di Mitra Plaza, Banjarmasin, lubang itu berfungsi sebagai penyerap air agar khasiat kayu selom belom keluar. "Ini untuk mengobati banyak penyakit, seperti lemah syahwat dan kencing manis," katanya.
Cara penggunaannya, dengan menuangkan air panas atau hangat ke dalam gelas kayu selom belom itu. Lantas, air didiamkan hingga dingin baru bisa diminum.
Fungsi air panas itu untuk mempercepat keluarnya zat-zat alami di kayu tersebut yang bagus dikonsumsi untuk pengobatan. Rasanya pun pahit sekali, karena ini berfungsi seperti jamu.
"Ingin disayang istri, ingin disayang istri, coba minum air rendaman akar ini," kata seorang penjual obat-obatan tradisional khas suku Dayak di Kalimantan Tengah, seperti dikutip Antara, belum lama berselang.
Dengan suara lantang, seorang pemuda berkuncir ini selalu mempromosikan kepada siapa saja yang berada di depan masuk Kantor Pos Besar Kota Palangkaraya. Pemuda ini memang setiap hari menggelar dagangannya di lokasi tersebut.
Dibantu seorang ibu, pedagang obat-obatan tradisional ini menggelar dagangan dengan cara mencolok persis di sisi masuk Kantor Pos Besar itu.
"Bapak ingin sembuh dari penyakit liver minum air seduhan akar kuning ini, bapak ingin sembuh penyakit kanker minum air rebusan sarang semut. Tetapi kalau bapak ingin disayang istri ambilah akar saluang balum," kata si pemuda seraya mengambil sepotong akar kayu sambil mengangkatnya ke atas kepala seperti dilansir laman Liputan6.com, Jumat (28/8).
Beberapa pengunjung Kantor Pos Besar tertarik dengan promosi penjual obat-obatan tradisional tersebut. Salah seorang bapak menanyakan harga akar saluang balum yang kemudian dijawab sang pedagang, yakni Rp 50.000 per potong.
"Ini terlalu mahal, biasanya saya beli hanya 20.000," kata Bapak tersebut. Setelah tawar-menawar, akhirnya satu potong akar kayu saluang balum itu dijual juga Rp 20.000.
Bapak tersebut ternyata bernama Darung, menceritakan mengenai khasiat akar tersebut yang menurutnya memang berkhasiat. Darung adalah warga asli suku Dayak yang kini tinggal di Kota Palangkaraya.
Sebelumnya, ia warga pedalaman yang sudah terbiasa mengonsumsi air rendaman akar saluang balum.
"Saya memang sudah sering minum air rebusan ini, selain meningkatkan gairah seks, air ini juga menguatkan pinggang, melancarkan air kencing, sekaligus badan rasanya enak setelah meminumnya," kata Darung.
Berdasarkan catatan, saluang balum (Lavanga sarmentosa atau Blume kurz) memang satu jenis tanaman yang terdapat di hutan Kalteng yang sudah lama memunculkan mitos sebagai obat kuat lelaki. Ini lantaran terbukti mengandung bahan yang mampu meningkatkan keperkasaan kaum lelaki tersebut.
"Adanya senyawa di dalam tumbuhan saluang balum mampu meningkatkan vitalitas kaum lelaki setelah dilakukan penelitian seksama," kata Ketua Lembaga Penelitian Universitas Palangkaraya, Kalteng, Profesor Ciptadi.
Dia menjelaskan, tumbuhan ini memang sejak lama dimanfaatkan warga Kalteng sebagai obat tradisional, yaitu untuk menyembuhkan sakit pinggang, sakit ginjal, dan sebagai menambah vitalitas.
Caranya hanya mengonsumsi air rebusan dari akar tumbuhan saluang balum tersebut, tutur doktor kimia biomolekul lulusan ENSCM Universitas Montpellier II-Prancis, tahun 2003 ini.
Melihat kenyataan itu, imbuh Profesor Ciptadi, maka pihak Lembaga Penelitian Universitas Palangkaraya mencoba melakukan penelitian terhadap tanaman yang cukup dikenal di wilayah Kalteng tersebut.
Tahap awal penelitian dilakukan isolasi, identifikasi dari akar tumbuhan saluang balum dengan ekstraksi menggunakan pelarut kloroform dan etanol yang dapat memisahkan komponen-komponen senyawa metabolit sekunder.
Selanjutnya, masih menurut Profesor Ciptadi, dilakukan kromatografi lapis tipis untuk mengetahui jumlah komponen senyawa yang ada pada kedua ekstrak tersebut, kemudian dilakukan pemurnian dengan kromatografi kolom.
Tahap berikutnya dilakukan uji bioktivitas dengan brine shrimp. Sementara untuk senyawa yang aktif akan dilakukan penelitian tahap berikutnya, yaitu uji pra klinik dengan spektroskopi IR, UV,MS, 13 C-NMR dan 1 H-NMR.
Berdasarkan uji fitokimia kandungan metabolit sekunder untuk kedua ekstrak tersebut adalah positif untuk steroid dan flavonoid, dan dari analisis brine shrimp dari kedua ekstrak tersebut menunjukkan senyawa aktif dengan Lc 50 < 100 g/ml. Penelitian itu masih terus dilanjutkan untuk membuat formula yang tepat dan kemungkinan ditambahkannya tumbuhan yang lain, yang dapat mendukung khasiatnya.
Menurut dosen Senior Universitas Palangkaraya yang juga lulusan magister biokimia di Institut Teknologi Bandung tahun 1991 itu, pemanfaatan akar saluang tersebut cukup dengan merebusnya setiap hari segelas air rebusan.
"Tidak boleh meminumnya secara berlebihan, sebab kalau berlebihan bisa membahayakan kesehatan pula," tutur dosen kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah, 13 Januari 1960 itu.
Menurut Prof Ciptadi, beberapa obat tradisional yang berasal dari tumbuhan Kalteng di antaranya saluang balum telah menjalani proses penelitian, sehingga dapat dipastikan kegunaannya, dan dapat dilaporkan. Guru besar bidang biokimia atau kimia organik Universitas Palangkaraya itu pun menyayangkan pasak bumi berasal dari Pulau Kalimantan ini justru lebih duluan dipatenkan oleh orang Amerika.
"Kasus pasak bumi dipatenkan orang Amerika ini tidak boleh lagi terjadi, karena itu kita harus rajin dan tekun melakukan penelitian mengenai tumbuhan berkhasiat dan sejenisnya," kata Profesor Ciptadi.
Sumber: Banjarmasin Post
0 komentar :
Post a Comment